JATUH HATI DIAM-DIAM
Jatuh hati diam-diam. Fyuh... baru mengetik judulnya saja kok langsung berat hati, ya? Padahal belum apa-apa. Serius, deh. Ini tangan langsung lemas. Keringat dingin. Demam tinggi. Bintik-bintik merah. Kejang-kejang. Tunggu. Ini bahas jatuh hati diam-diam atau gejala DBD, sih? Yang sekarang pengin gue tulis itu bukan apa-apa. Hanya curahan hati penulis yang bingung harus menyampaikan sesak —yang entah di bagian mana kepada siapa. Sesak ini begitu menyiksa. Seperti ada secuil rasa yang mengganjal di dalam hati. Tapi justru karena secuil, rasa sakitnya malah tak terdeteksi. Akhirnya, tak terobati karena sesuatu itu pun entah di mana. Mau tidak mau jadi tak tertahankan karena terus-menerus. Akibatnya, keganjalan yang secuil itu lama untuk pulihnya. Singkatnya, itu membuat uring-uringan. Jatuh hati diam-diam. Ah, gue yakin bukan hanya gue yang merasakan ini. Pasti banyak dari kalian yang sama cemennya seperi gue. Memendam sendirian. Akting sudah seperti bagian dalam hidup; selalu