FF 2MIN | I Love You My Muse
Main Cast : 2Min (Lee Taemin dan Choi Minho)
Support Cast : Choi Siwon
Genre : Angst
Rated : General
Length : One Shoot
Summary : “Jika aku tak ada saja, jangan menungguku. Apalagi di halte itu sendirian. Tapi jika kau yang begitu, aku siap menunggumu sampai pagi. Tiga kali pagi pun tak masalah!”
Story Begin...
Sore itu, langit yang mulanya cerah berubah mendung. Awan kehitaman mulai menyelimuti kota Seoul. Rintik hujan turun bersama dedaunan yang berguguran dari pemiliknya.
Aku, sosok yang dapat digambarkan sebagai siswa SMA dari Cheongdam High School, yang selalu memakai tas berwarna biru tua, masih menunggu busku tiba di halte seperti biasa. Sudah pukul lima sore lewat, harusnya bus itu sudah ada sejak tadi.
Aku mulai bergerak gelisah, tidak biasanya terlambat seperti ini.
5 menit. 10 menit. Aku masih bertahan.
20 menit. 30 menit. Aku mulai merasa bosan.
45 menit. 60 menit. Kepalaku mulai berdenyut.
Hingga...,
Bus itu tiba. Aku berlari melewati pintu otomatis. Kutengok setiap inchi bus. Tak ada siswa yang bersekolah di Seoul International High School, sebuah sekolah internasional yang berada di pusat kota. Ke mana sosok itu? Harusnya dia ada di sini.
Aku masih ingat, satu tahun yang lalu di hari pertama musim penghujan, aku berhenti di halte 4. Saat aku sudah di ambang pintu untuk keluar, dia menarik tanganku lalu memberiku payung lipat berwarna hitam polos. Aku sangat bahagia saat itu. Sungguh.
“Pakailah payung ini. Hujan pertama biasanya membuat kita cepat terserang flu.”
Sejak saat itu, kami menjadi teman dekat. Bahkan, jika aku ada kelas tambahan, dia dengan rela menungguku di halte yang biasa kugunakan. Karena dia tahu...
“Aku tahu kau takut sendirian.”
Hingga aku benar-benar merasa takut sendirian sekarang.
“Kau, tahu? Mungkin hanya aku siswa di Seoul International High School yang selalu naik bus. Teman-temanku bahkan berlomba-lomba pamer mobil sport koleksi mereka setiap hari.”
Dia memang berbeda dari yang lain. Aku tahu..
***
Detik berganti menit. Menit berubah menjadi jam. Jam bergulir menjadi hari. Dan... Hari-hari semakin berlalu. Namun, kabar tentang sosok itu tetap tak ada. Ini bahkan sudah dua minggu.
“Jika aku tak ada saja, jangan menungguku. Apalagi di halte itu sendirian. Tapi jika kau yang begitu, aku siap menunggumu sampai pagi. Tiga kali pagi pun tak masalah!”
Aku menunggunya setiap hari. Berharap sosok itu akan ada di bus yang kutumpangi. Namun, kenyataan pahit harus aku telan matang-matang. Mungkinkah dia sengaja menjauhiku? Tapi aku sudah mencoba naik bus di jam berbeda setiap hari. Lalu ke mana? Kenapa hatiku menjadi sangat ngilu mengingat dia yang tak lagi dalam jangkauan pandangku?
“Jangan sedih begitu. Seseorang akan terlihat semakin jelek jika dia sedang bersedih.”
Sore ini, setelah aku pulang sekolah, tak ada lagi hujan yang mengganggu langkahku. Saat aku meluruskan pandangan, ada seseorang yang menatapku di seberang jalan. Ia tersenyum. Senyum itu..., Aku ingat jelas bahwa senyum itu adalah kepunyaannya.
Aku terpaku. Saat aku hendak menyebrang jalan untuk menghampirinya, tiba-tiba saja sosok itu menghilang.
Ke mana dia pergi? Apa ini hanya delusiku? Apa aku terlalu memikirkannya?
“Mau tahu rahasia terbesarku?”
“Apa itu?”
“Jawab dulu mau atau tidak!”
“Iya, aku mau. Aku sangat mau. Kau puas?”
“Hahaha. Tapi berjanjilah jangan beritahukan hal ini pada siapa pun. Termasuk keluargaku.”
“Kau bisa pegang janjiku. I'm promise,”
Kau bahkan menceritakan rahasia terbesarmu yang keluargamu pun tak tahu. Aku tersenyum perih. Aku harus bagaimana lagi? Aku tak tahu rumahmu. Aku tak tahu nomor ponsel keluargamu. Aku hanya bisa menunggumu.
Bulir bening mengalir di pipiku. Ya, aku menangis. Aku sudah benar-benar merasa kehilanganmu. Entahlah..
“Saat liburan musim panas tiba, aku janji akan mengajakmu berlibur ke Pantai Busan bersama keluargaku. Di sana pemandangannya sangat indah. Kau akan sangat suka. Sangat! Sangat! Sangat!”
Aku bahkan jatuh hati dengan caramu berbicara. Kau sangat curang. Hanya dengan menceritakan sesuatu dengan antusias aku sudah jatuh akan pesonamu.
“Aku berharap bisa selalu seperti ini denganmu..”
Saat aku mencoba menghapus air mataku, mobil sport berwarna biru metalik berhenti tepat di depanku. Seorang pria yang memakai celana bahan hitam dan kemeja berwarna abu-abu yang digulung sampai siku datang mendekat ke arahku. Mata itu.. Seperti aku sering menatapnya. Tapi siapa?
“Kau Lee Taemin?” tanyanya tanpa basa-basi.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Aku kakak Choi Minho.”
“A-apa?”
***
Sejak saat itu, aku benar-benar merasa sendirian. Aku seperti kehilangan temanku, sahabatku dan... hatiku.
Kenapa harus seperti ini pada akhirnya? Tidak seperti di drama-drama di mana pemeran utama akan berakhir di altar bersama orang yang ia cintai.
Hatiku sakit. Masih sama seperti 3 hari yang lalu saat Siwon Hyung memberitahuku apa yang terjadi pada Minho, masih di halte yang biasa kugunakan.
“Taemin-ssi.. aku tahu ini terlalu sulit untuk diterima. Sebenarnya Minho menyuruhku menemuimu sesegera mungkin jika hari itu tiba. Tapi aku tidak mau sebelum mengerti keadaannya. Dia bilang padaku, dia tak ingin ada yang menunggunya dan terus berharap dia akan datang. Karena pada kenyataannya, dia tak akan pernah datang lagi.”
“Siwon Hyung, sebenarnya apa yang kau bicarakan? Tolong jelaskan padaku. Ke mana Minho sebenarnya?”
“Minho.. dia bilang hanya kau yang tahu rahasia terbesarnya. Tapi sekarang, hari ini, aku juga mengerti keadaannya. Saat aku melihat banyak sekali slogan di kamarnya; 'We are Anonymous. We are Legion. We do not forgive. We do not forget. Expect us.' dan aku juga menemukan topeng Guy Fawkes di meja nakasnya. Aku mengerti kenapa dia harus mengalami hal ini. Aku mengerti Taemin-ssi..”
“A- apa maksudmu?”
“Taemin-ssi... Minho sudah..., meninggal.”
“Kau bercanda, kan? Katakan padaku kau berbohong!”
“Aku berharap juga begitu. Tapi Tuhan berkata lain. Minho sudah meninggal 2 minggu yang lalu.”
“Tidak mungkin! Pasti Minho menyuruhmu membohongiku!”
“Taemin-ssi...,”
“Minho sudah berjanji akan mengajakku ke Pantai Busan di liburan musim panas. Dia pasti akan menepati itu!”
“Tolong dengarkan-”
“Minho akan menepati janjinya!”
“LEE TAEMIN-SSI! Tolong dengarkan penjelasanku...”
“...Minho adalah Anonymous Hacker, kau sudah tahu, kan? Kumpulan para hacker yang paling berbahaya di dunia. Karena di sekolahnya banyak sekali Anonymous Hacker, mereka akhirnya membuat club yang kutahu bernama H Club; H untuk Hactivism. Tiga bulan yang lalu, ekonomi Korea Selatan sedang tidak stabil, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan yang pada hakikatnya menimbulkan pro dan kontra. Dan ada satu kelompok kontra yang benar-benar marah pada pemerintah, yang akhirnya berakhir dengan mereka yang meretas sistem keamanan Gedung Biru yang berisikan data-data penting kenegaraan. Mendengar hal itu, H Club sangat marah, mereka menyerang balik para kelompok kontra dan memproteksi sistem keamanan Gedung Biru. Kelompok kontra lebih marah lagi, mereka mengancam akan menyerang secara langsung. Tapi H Club menganggap itu hanya lelucon yang tak pantas ditertawakan. Kelompok kontra yang memiliki hacker handal akhirnya dapat mendeteksi keberadaan H Club dan para anggotanya. Setelah tahu, mereka membantai habis tempat H Club berkumpul. Minho dapat menyelamatkan diri kala itu. Saat Minho sudah duduk di sebelah kiri bus dekat jendela untuk pulang, seseorang menembaknya tepat mengenai kepala. Supir bus itu langsung membawa Minho ke dalam taxi menuju rumah sakit tanpa mempedulikan penumpang lain, pun dengan penembak Minho. Minho hanya bertahan beberapa jam. Tapi dia masih sempat menyuruhku untuk memberitahumu bahwa dia baik-baik saja dan jangan menunggunya lagi. Tolong mengertilah... aku kakaknya... aku juga merasa kehilangan. Kuatkan hati kita untuk ketenangan Minho, Lee Taemin-ssi."
Air mataku tak berhenti turun jika mengingat percakapan dengan Siwon Hyung. Jadi, yang menyebabkan bus datang terlambat adalah kejadian tertembaknya Minho.
Kupikir, kehidupan para hacker tak akan serumit itu sampai harus meregang nyawa. Tapi ternyata, para musuh di depan mata, bukan hanya cyber war.
Sejak aku mengetahui hal itu, aku benar-benar merasa semakin sendiri.
Ketika aku sedang tak sendiri pun, aku tetap merasa sendiri, bagai hidup dalam pengasingan. Ya, hidup tanpa Minho membuatku seperti hidup dalam pengasingan.
Minho.. aku takut sendiri.. aku takut sendirian.. apa kau bisa mendengarku? Aku bahkan belum pernah mengatakan...
“Aku berharap bisa selalu seperti ini denganmu..”
Aku mencintaimu, Minho..
The End
Support Cast : Choi Siwon
Genre : Angst
Rated : General
Length : One Shoot
Summary : “Jika aku tak ada saja, jangan menungguku. Apalagi di halte itu sendirian. Tapi jika kau yang begitu, aku siap menunggumu sampai pagi. Tiga kali pagi pun tak masalah!”
Story Begin...
Sore itu, langit yang mulanya cerah berubah mendung. Awan kehitaman mulai menyelimuti kota Seoul. Rintik hujan turun bersama dedaunan yang berguguran dari pemiliknya.
Aku, sosok yang dapat digambarkan sebagai siswa SMA dari Cheongdam High School, yang selalu memakai tas berwarna biru tua, masih menunggu busku tiba di halte seperti biasa. Sudah pukul lima sore lewat, harusnya bus itu sudah ada sejak tadi.
Aku mulai bergerak gelisah, tidak biasanya terlambat seperti ini.
5 menit. 10 menit. Aku masih bertahan.
20 menit. 30 menit. Aku mulai merasa bosan.
45 menit. 60 menit. Kepalaku mulai berdenyut.
Hingga...,
Bus itu tiba. Aku berlari melewati pintu otomatis. Kutengok setiap inchi bus. Tak ada siswa yang bersekolah di Seoul International High School, sebuah sekolah internasional yang berada di pusat kota. Ke mana sosok itu? Harusnya dia ada di sini.
Aku masih ingat, satu tahun yang lalu di hari pertama musim penghujan, aku berhenti di halte 4. Saat aku sudah di ambang pintu untuk keluar, dia menarik tanganku lalu memberiku payung lipat berwarna hitam polos. Aku sangat bahagia saat itu. Sungguh.
“Pakailah payung ini. Hujan pertama biasanya membuat kita cepat terserang flu.”
Sejak saat itu, kami menjadi teman dekat. Bahkan, jika aku ada kelas tambahan, dia dengan rela menungguku di halte yang biasa kugunakan. Karena dia tahu...
“Aku tahu kau takut sendirian.”
Hingga aku benar-benar merasa takut sendirian sekarang.
“Kau, tahu? Mungkin hanya aku siswa di Seoul International High School yang selalu naik bus. Teman-temanku bahkan berlomba-lomba pamer mobil sport koleksi mereka setiap hari.”
Dia memang berbeda dari yang lain. Aku tahu..
***
Detik berganti menit. Menit berubah menjadi jam. Jam bergulir menjadi hari. Dan... Hari-hari semakin berlalu. Namun, kabar tentang sosok itu tetap tak ada. Ini bahkan sudah dua minggu.
“Jika aku tak ada saja, jangan menungguku. Apalagi di halte itu sendirian. Tapi jika kau yang begitu, aku siap menunggumu sampai pagi. Tiga kali pagi pun tak masalah!”
Aku menunggunya setiap hari. Berharap sosok itu akan ada di bus yang kutumpangi. Namun, kenyataan pahit harus aku telan matang-matang. Mungkinkah dia sengaja menjauhiku? Tapi aku sudah mencoba naik bus di jam berbeda setiap hari. Lalu ke mana? Kenapa hatiku menjadi sangat ngilu mengingat dia yang tak lagi dalam jangkauan pandangku?
“Jangan sedih begitu. Seseorang akan terlihat semakin jelek jika dia sedang bersedih.”
Sore ini, setelah aku pulang sekolah, tak ada lagi hujan yang mengganggu langkahku. Saat aku meluruskan pandangan, ada seseorang yang menatapku di seberang jalan. Ia tersenyum. Senyum itu..., Aku ingat jelas bahwa senyum itu adalah kepunyaannya.
Aku terpaku. Saat aku hendak menyebrang jalan untuk menghampirinya, tiba-tiba saja sosok itu menghilang.
Ke mana dia pergi? Apa ini hanya delusiku? Apa aku terlalu memikirkannya?
“Mau tahu rahasia terbesarku?”
“Apa itu?”
“Jawab dulu mau atau tidak!”
“Iya, aku mau. Aku sangat mau. Kau puas?”
“Hahaha. Tapi berjanjilah jangan beritahukan hal ini pada siapa pun. Termasuk keluargaku.”
“Kau bisa pegang janjiku. I'm promise,”
Kau bahkan menceritakan rahasia terbesarmu yang keluargamu pun tak tahu. Aku tersenyum perih. Aku harus bagaimana lagi? Aku tak tahu rumahmu. Aku tak tahu nomor ponsel keluargamu. Aku hanya bisa menunggumu.
Bulir bening mengalir di pipiku. Ya, aku menangis. Aku sudah benar-benar merasa kehilanganmu. Entahlah..
“Saat liburan musim panas tiba, aku janji akan mengajakmu berlibur ke Pantai Busan bersama keluargaku. Di sana pemandangannya sangat indah. Kau akan sangat suka. Sangat! Sangat! Sangat!”
Aku bahkan jatuh hati dengan caramu berbicara. Kau sangat curang. Hanya dengan menceritakan sesuatu dengan antusias aku sudah jatuh akan pesonamu.
“Aku berharap bisa selalu seperti ini denganmu..”
Saat aku mencoba menghapus air mataku, mobil sport berwarna biru metalik berhenti tepat di depanku. Seorang pria yang memakai celana bahan hitam dan kemeja berwarna abu-abu yang digulung sampai siku datang mendekat ke arahku. Mata itu.. Seperti aku sering menatapnya. Tapi siapa?
“Kau Lee Taemin?” tanyanya tanpa basa-basi.
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Aku kakak Choi Minho.”
“A-apa?”
***
Sejak saat itu, aku benar-benar merasa sendirian. Aku seperti kehilangan temanku, sahabatku dan... hatiku.
Kenapa harus seperti ini pada akhirnya? Tidak seperti di drama-drama di mana pemeran utama akan berakhir di altar bersama orang yang ia cintai.
Hatiku sakit. Masih sama seperti 3 hari yang lalu saat Siwon Hyung memberitahuku apa yang terjadi pada Minho, masih di halte yang biasa kugunakan.
“Taemin-ssi.. aku tahu ini terlalu sulit untuk diterima. Sebenarnya Minho menyuruhku menemuimu sesegera mungkin jika hari itu tiba. Tapi aku tidak mau sebelum mengerti keadaannya. Dia bilang padaku, dia tak ingin ada yang menunggunya dan terus berharap dia akan datang. Karena pada kenyataannya, dia tak akan pernah datang lagi.”
“Siwon Hyung, sebenarnya apa yang kau bicarakan? Tolong jelaskan padaku. Ke mana Minho sebenarnya?”
“Minho.. dia bilang hanya kau yang tahu rahasia terbesarnya. Tapi sekarang, hari ini, aku juga mengerti keadaannya. Saat aku melihat banyak sekali slogan di kamarnya; 'We are Anonymous. We are Legion. We do not forgive. We do not forget. Expect us.' dan aku juga menemukan topeng Guy Fawkes di meja nakasnya. Aku mengerti kenapa dia harus mengalami hal ini. Aku mengerti Taemin-ssi..”
“A- apa maksudmu?”
“Taemin-ssi... Minho sudah..., meninggal.”
“Kau bercanda, kan? Katakan padaku kau berbohong!”
“Aku berharap juga begitu. Tapi Tuhan berkata lain. Minho sudah meninggal 2 minggu yang lalu.”
“Tidak mungkin! Pasti Minho menyuruhmu membohongiku!”
“Taemin-ssi...,”
“Minho sudah berjanji akan mengajakku ke Pantai Busan di liburan musim panas. Dia pasti akan menepati itu!”
“Tolong dengarkan-”
“Minho akan menepati janjinya!”
“LEE TAEMIN-SSI! Tolong dengarkan penjelasanku...”
“...Minho adalah Anonymous Hacker, kau sudah tahu, kan? Kumpulan para hacker yang paling berbahaya di dunia. Karena di sekolahnya banyak sekali Anonymous Hacker, mereka akhirnya membuat club yang kutahu bernama H Club; H untuk Hactivism. Tiga bulan yang lalu, ekonomi Korea Selatan sedang tidak stabil, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijakan yang pada hakikatnya menimbulkan pro dan kontra. Dan ada satu kelompok kontra yang benar-benar marah pada pemerintah, yang akhirnya berakhir dengan mereka yang meretas sistem keamanan Gedung Biru yang berisikan data-data penting kenegaraan. Mendengar hal itu, H Club sangat marah, mereka menyerang balik para kelompok kontra dan memproteksi sistem keamanan Gedung Biru. Kelompok kontra lebih marah lagi, mereka mengancam akan menyerang secara langsung. Tapi H Club menganggap itu hanya lelucon yang tak pantas ditertawakan. Kelompok kontra yang memiliki hacker handal akhirnya dapat mendeteksi keberadaan H Club dan para anggotanya. Setelah tahu, mereka membantai habis tempat H Club berkumpul. Minho dapat menyelamatkan diri kala itu. Saat Minho sudah duduk di sebelah kiri bus dekat jendela untuk pulang, seseorang menembaknya tepat mengenai kepala. Supir bus itu langsung membawa Minho ke dalam taxi menuju rumah sakit tanpa mempedulikan penumpang lain, pun dengan penembak Minho. Minho hanya bertahan beberapa jam. Tapi dia masih sempat menyuruhku untuk memberitahumu bahwa dia baik-baik saja dan jangan menunggunya lagi. Tolong mengertilah... aku kakaknya... aku juga merasa kehilangan. Kuatkan hati kita untuk ketenangan Minho, Lee Taemin-ssi."
Air mataku tak berhenti turun jika mengingat percakapan dengan Siwon Hyung. Jadi, yang menyebabkan bus datang terlambat adalah kejadian tertembaknya Minho.
Kupikir, kehidupan para hacker tak akan serumit itu sampai harus meregang nyawa. Tapi ternyata, para musuh di depan mata, bukan hanya cyber war.
Sejak aku mengetahui hal itu, aku benar-benar merasa semakin sendiri.
Ketika aku sedang tak sendiri pun, aku tetap merasa sendiri, bagai hidup dalam pengasingan. Ya, hidup tanpa Minho membuatku seperti hidup dalam pengasingan.
Minho.. aku takut sendiri.. aku takut sendirian.. apa kau bisa mendengarku? Aku bahkan belum pernah mengatakan...
“Aku berharap bisa selalu seperti ini denganmu..”
Aku mencintaimu, Minho..
The End
Kuereeen!!! Tenang Taemin, walaupun simenong nggak ada lagi, akukan masih ada untukmu😘😘😘#eeeeaaaaa!!?
ReplyDeleteKuereeen!!! Tenang Taemin, walaupun simenong nggak ada lagi, akukan masih ada untukmu😘😘😘#eeeeaaaaa!!?
ReplyDelete