DRABBLE | FEVER (Seulmi + Hanbin Version)
Cast: Kim Hanbin, Park Seulmi (OC)
-Ketika Park Seulmi merawat Kim Hanbin yang sedang demam-
Story Begin..
Seulmi sedang sibuk dengan dapurnya. Bunyi pertemuan antara benda berbahan alumunium yang menjadi kesayangannya terdengar tak beraturan. Ia tersenyum, persetan dengan hal lain selain memasak, seakan memasak adalah hal yang paling terindah baginya. Seseorang mendatanginya, memeluk Seulmi dari belakang, “Bukankah kau hanya memasak omelette cheese? Mengapa lama sekali?” ucapnya merajuk. Yang ditanya menghentikan aktivitasnya, “Kau sedang demam. Kembalilah ke ruang keluarga. Aku akan membawanya ke sana jika sudah matang,”
Tapi memang dasar Kim Hanbin ini, ia malah merajuk kembali layaknya anak kecil. Inilah alasan mengapa Seulmi tak suka jika Hanbinnnya jatuh sakit; ia akan lebih manja.
Kini ia menggelayut manja di lengan Seulmi dengan wajah oh-so-cute kepunyaannya, membuat sang empu memutar bola matanya malas. “Kau menggangguku, Hanbin-ah,” ucap Seulmi mencoba sabar.
Hanbin malah mengelus-elus telapak tangan kiri Seulmi dengan lembut, “Tapi aku lapar,” katanya.
“Ya tapi jika kau begini, aku bagaimana masaknya?” Seulmi melepaskan tautan tangan mereka dan melanjutkan memasak. Hanbin beralih ke konter dapur dengan bibir yang dipoutkan, kemudian ia memanggil Seulmi dengan nada manja, tapi diabaikan. Ia memanggil lagi, dan diabaikan lagi. Ia yang sudah merasa bosan kini malah memainkan gula pasir; mengocoknya dari tempat penyimpanan, memutar-mutar wadah di atas konter, mengetukkan wadah dengan keras. Tapi Seulmi tetap tak menggubrisnya. Merasa kegiatan bersama gula pasirnya (sama sekali) tidak mengusir kegelisahannya, ia justru kembali mendekati Seulmi, lalu meletakkan dagunya di bahu Seulmi. Hanbin merajuk, “Aku merindukanmu. Temani saja aku menonton Running Man, aku sudah tidak lapar.”
Seulmi malah menyiapkan nasi ke dalam mangkuk. Lalu omelette cheese-nya ia pisahkan ke piring, sedikit ia beri hiasan saus tomat dengan bentuk hati. Entahlah. Hanya sedang ingin mengerjakannya, pikirnya.
“Tapi kau harus makan karena harus meminum obat.” ucap Seulmi sambil meninggalkan Hanbin ke ruang keluarga. Hanbin mengekorinya sambil tetap memasang wajah muram. Diletakkannya makanan untuk Hanbin di atas meja, kemudian mempersilakan Hanbin untuk segera makan. “Lain kali makan harus di meja makan. Jangan sambil menonton seperti ini. Akan menjadi apa apartemenmu nanti jika begini terus, huh?” katanya mengintruksi sambil sedikit menyinggung apartemen Hanbin yang memang sangat -keparatnya- seperti kapal yang habis melawan badai. “Dan satu hal lagi, aku tidak akan menyuapimu. Makan sendiri dan jangan mengotori ruang keluarga.” lanjutnya.
Hanbin hanya mengangguk saja, ia makan dengan diam. Jika sedang sakit begini, ia sering merasa gelisah tidak jelas.
Setelah selesai makan, Seulmi kembali ke dapur untuk merapikan peralatan makan Hanbin tadi. Ia kembali ke ruang keluarga dengan membawa beberapa obat. Diberinya obat itu kepada Hanbin, tapi Hanbin malah menggeleng, “Tidak jika tidak ada es krim.” katanya. Giliran Seulmi yang menggeleng keras, “Kau demam. Tidak ada es krim jika kau demam.”
Hanbin memasang wajah memelasnya. “Tapi aku tidak bisa minum obat tanpa ada yang manis-manisnya.” eluhnya berlebih.
Seulmi mulai jengah, “Baiklah. Aku akan mengambil beberapa buah di kulkas.” ia bangun dari sofa, tapi Hanbin malah menahan tangan kirinya. Hanbin menggigit bibir bawahnya, hal yang biasa ia lakukan jika sedang merasa tidak nyaman. “Jangan lama-lama, ya,” ucapnya.
Seulmi mengangguk sambil tersenyum. Tapi Hanbin tak kunjung melepaskan tangannya, “Jika aku sakit begini, aku sangat merepotkanmu, kan? Maafkan aku,” sesalnya. Ia merasa tak enak kepada kekasihnya ini. Seharian ini ia sangat merepotkan. Menyuruh Seulmi ke apartemen sebelum matahari terbit. Meminta Seulmi membuatkannya ini dan itu. Meminta Seulmi mengantarnya ke mana pun (bahkan ke kamar mandi. Brengseknya Hanbin malah menyuruhnya menunggu di depan pintu kamar mandi). Karena, alibinya, jika ia sedang sakit, Hanbin tak ingin jauh-jauh dari Seulmi.
Hanbin takut Seulmi merasa lelah, risih, kesal dan perasaan-perasaan yang sejenisnya. Tapi Seulmi malah mengelus pelan tangan Hanbin yang memegangnya, ia tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi, “Aku tidak merasa kau repotkan. Jika aku sakit, kau juga selalu merawatku, kan? Sudah seharusnya aku menggantikan peran ibumu ketika dia tidak ada di sini.” ucapnya lembut.
Hanbin terkekeh pelan, “Oh! Lakukan itu sekali lagi! Kau manis sekali jika sedang berbicara lembut!”
“Dan jujur Kim Hanbin, aku selalu tampil manis di hadapanmu.”
“Ingin mengatakan sesuatu?”
“Segeralah sembuh!”
“Hanya itu?”
“Oh, ayolah.. aku mencintaimu Kim Hanbin!”
“Sial! Aku lebih mencintaimu Park Seulmi!”
“Kalau begitu segeralah sembuh dari demammu!”
Tidak. Keduanya tidak bertengkar. Karena faktanya, mereka sedang melakukan aktivitas yang anak kecil seperti kita tidak boleh tahu. Uhm, tidak boleh sampai tahu.
Yang jelas, beberapa hari kemudian gantian Hanbin merawat Seulmi yang tertular demam darinya karena aktivitas "itu".
THE END
-Ketika Park Seulmi merawat Kim Hanbin yang sedang demam-
Story Begin..
Seulmi sedang sibuk dengan dapurnya. Bunyi pertemuan antara benda berbahan alumunium yang menjadi kesayangannya terdengar tak beraturan. Ia tersenyum, persetan dengan hal lain selain memasak, seakan memasak adalah hal yang paling terindah baginya. Seseorang mendatanginya, memeluk Seulmi dari belakang, “Bukankah kau hanya memasak omelette cheese? Mengapa lama sekali?” ucapnya merajuk. Yang ditanya menghentikan aktivitasnya, “Kau sedang demam. Kembalilah ke ruang keluarga. Aku akan membawanya ke sana jika sudah matang,”
Tapi memang dasar Kim Hanbin ini, ia malah merajuk kembali layaknya anak kecil. Inilah alasan mengapa Seulmi tak suka jika Hanbinnnya jatuh sakit; ia akan lebih manja.
Kini ia menggelayut manja di lengan Seulmi dengan wajah oh-so-cute kepunyaannya, membuat sang empu memutar bola matanya malas. “Kau menggangguku, Hanbin-ah,” ucap Seulmi mencoba sabar.
Hanbin malah mengelus-elus telapak tangan kiri Seulmi dengan lembut, “Tapi aku lapar,” katanya.
“Ya tapi jika kau begini, aku bagaimana masaknya?” Seulmi melepaskan tautan tangan mereka dan melanjutkan memasak. Hanbin beralih ke konter dapur dengan bibir yang dipoutkan, kemudian ia memanggil Seulmi dengan nada manja, tapi diabaikan. Ia memanggil lagi, dan diabaikan lagi. Ia yang sudah merasa bosan kini malah memainkan gula pasir; mengocoknya dari tempat penyimpanan, memutar-mutar wadah di atas konter, mengetukkan wadah dengan keras. Tapi Seulmi tetap tak menggubrisnya. Merasa kegiatan bersama gula pasirnya (sama sekali) tidak mengusir kegelisahannya, ia justru kembali mendekati Seulmi, lalu meletakkan dagunya di bahu Seulmi. Hanbin merajuk, “Aku merindukanmu. Temani saja aku menonton Running Man, aku sudah tidak lapar.”
Seulmi malah menyiapkan nasi ke dalam mangkuk. Lalu omelette cheese-nya ia pisahkan ke piring, sedikit ia beri hiasan saus tomat dengan bentuk hati. Entahlah. Hanya sedang ingin mengerjakannya, pikirnya.
“Tapi kau harus makan karena harus meminum obat.” ucap Seulmi sambil meninggalkan Hanbin ke ruang keluarga. Hanbin mengekorinya sambil tetap memasang wajah muram. Diletakkannya makanan untuk Hanbin di atas meja, kemudian mempersilakan Hanbin untuk segera makan. “Lain kali makan harus di meja makan. Jangan sambil menonton seperti ini. Akan menjadi apa apartemenmu nanti jika begini terus, huh?” katanya mengintruksi sambil sedikit menyinggung apartemen Hanbin yang memang sangat -keparatnya- seperti kapal yang habis melawan badai. “Dan satu hal lagi, aku tidak akan menyuapimu. Makan sendiri dan jangan mengotori ruang keluarga.” lanjutnya.
Hanbin hanya mengangguk saja, ia makan dengan diam. Jika sedang sakit begini, ia sering merasa gelisah tidak jelas.
Setelah selesai makan, Seulmi kembali ke dapur untuk merapikan peralatan makan Hanbin tadi. Ia kembali ke ruang keluarga dengan membawa beberapa obat. Diberinya obat itu kepada Hanbin, tapi Hanbin malah menggeleng, “Tidak jika tidak ada es krim.” katanya. Giliran Seulmi yang menggeleng keras, “Kau demam. Tidak ada es krim jika kau demam.”
Hanbin memasang wajah memelasnya. “Tapi aku tidak bisa minum obat tanpa ada yang manis-manisnya.” eluhnya berlebih.
Seulmi mulai jengah, “Baiklah. Aku akan mengambil beberapa buah di kulkas.” ia bangun dari sofa, tapi Hanbin malah menahan tangan kirinya. Hanbin menggigit bibir bawahnya, hal yang biasa ia lakukan jika sedang merasa tidak nyaman. “Jangan lama-lama, ya,” ucapnya.
Seulmi mengangguk sambil tersenyum. Tapi Hanbin tak kunjung melepaskan tangannya, “Jika aku sakit begini, aku sangat merepotkanmu, kan? Maafkan aku,” sesalnya. Ia merasa tak enak kepada kekasihnya ini. Seharian ini ia sangat merepotkan. Menyuruh Seulmi ke apartemen sebelum matahari terbit. Meminta Seulmi membuatkannya ini dan itu. Meminta Seulmi mengantarnya ke mana pun (bahkan ke kamar mandi. Brengseknya Hanbin malah menyuruhnya menunggu di depan pintu kamar mandi). Karena, alibinya, jika ia sedang sakit, Hanbin tak ingin jauh-jauh dari Seulmi.
Hanbin takut Seulmi merasa lelah, risih, kesal dan perasaan-perasaan yang sejenisnya. Tapi Seulmi malah mengelus pelan tangan Hanbin yang memegangnya, ia tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapi, “Aku tidak merasa kau repotkan. Jika aku sakit, kau juga selalu merawatku, kan? Sudah seharusnya aku menggantikan peran ibumu ketika dia tidak ada di sini.” ucapnya lembut.
Hanbin terkekeh pelan, “Oh! Lakukan itu sekali lagi! Kau manis sekali jika sedang berbicara lembut!”
“Dan jujur Kim Hanbin, aku selalu tampil manis di hadapanmu.”
“Ingin mengatakan sesuatu?”
“Segeralah sembuh!”
“Hanya itu?”
“Oh, ayolah.. aku mencintaimu Kim Hanbin!”
“Sial! Aku lebih mencintaimu Park Seulmi!”
“Kalau begitu segeralah sembuh dari demammu!”
Tidak. Keduanya tidak bertengkar. Karena faktanya, mereka sedang melakukan aktivitas yang anak kecil seperti kita tidak boleh tahu. Uhm, tidak boleh sampai tahu.
Yang jelas, beberapa hari kemudian gantian Hanbin merawat Seulmi yang tertular demam darinya karena aktivitas "itu".
THE END
makasih drabblenyaaaa gua sukaaa>.<
ReplyDeletesweet sweet pake banget pokonya thor >.<
sampe gua macemkaya orang gila nyengir nyengir teu pararuguh :'v
Thankkiss pokonyaaaaa thor {}
Jangan pernah kehilangan ide nulis atau hengkang dari nulis
Keep Writting pokonyaaaaaa!~
Huks.. Makasih udah suka *terharu
ReplyDeleteMau bikin yang lebih manis tapi takut elu ongkek pfft :v
Makasih udah support. Elu juga jangan berhenti nulis yaaa'3'
*tebarkiss