FF SUZY + WOOYOUNG | SECRET ADMIRER 1 (1 OF 2)
Main Cast : Jang Wooyoung, Bae Suzy
Support Cast : Kim Soo Hyun, Ok Taecyeon
Genre : Angst(?)
Rating : General
Length : Two shots
Summary : “Seseorang yang pernah dia buatkan bento untuk bekal makan siang. Seseorang yang memiliki hobi yang sama dengannya. Seseorang yang suka sekali menonton film dan membaca novel bergenre misteri. Ia menulis seperti itu. Dan kau tahu apa yang aku pikirkan, Jang Wooyoung?”
** Sunday, January 3, 2016 **
Pagi itu, suasana kelas 2-2 di Cheongdam High School sudah cukup ramai. Semilir angin pagi melewati jendela kelas, menelusup perlahan melewati sebagian tengkuk siswa-siswi di sana.
Hari yang cukup cerah, sesuai dengan perasaan salah satu siswi di kelas itu. Dengan perasaan meletup-letupnya, ia yang duduk di kursi kedua barisan pertama, yang dekat dengan jendela kelas, sedikit mencuri pandang ke lapangan yang ada di bawah. Kelasnya yang berada di lantai 3 membuatnya bisa memantau dengan teliti lapangan itu. Beberapa orang masih terlihat baru saja sampai di sekolah. Ada yang berlari, santai, bahkan berjalan namun tergesa-gesa.
Ia memerhatikannya. Dan saat matanya melihat satu objek yang sangat menarik retinanya untuk segera menangkap gambar, ia tersenyum penuh arti.
Seseorang mendatanginya, “Kau membawa novel Sherlock Holmes?”
Suzy menoleh, “Ah, kau. Tentu saja bawa. Kau sendiri yang memintaku membawanya kemarin,”
“Baiklah. Berikan padaku.”
Suzy menaikkan alisnya, “Eh? Kau memintanya dariku? Tidak a-”
“Aku meminjamnya, bodoh!” kata orang itu memotong ucapan Suzy.
Suzy mempoutkan bibirnya. Seseorang mengganggu paginya yang awalnya begitu indah.
Ia mengambil novel di dalam tasnya dengan wajah yang ia jelek-jelekkan. Diberinya novel itu dengan sedikit kasar.
“Jangan sampai rusak!” yang hanya mendapat gumaman dari peminjam -tidak bermodal- tadi.
Setelah temannya -yang tidak bermodal- pergi, Suzy kembali melihat ke arah jendela. Ia sudah tidak tersenyum lagi. Bahkan kini sedang berdecak kesal.
Merasa suasana hatinya memburuk, Suzy mengambil PC dari dalam tasnya. Ia ingat. Semalam ia sudah membuat short story yang akan diterbitkan hari ini. Yang kini hanya perlu diberikan sentuhan akhir; editing.
Bae Suzy adalah seorang blogger. Blogger yang setiap postingannya selalu dilihat ratusan ribu orang hanya dalam sehari. Biasanya ia menulis cerita pendek atau bahkan curahan hatinya di blog pribadinya.
Di sekolah, ia sangat populer karena hal itu. Bahkan dulu sempat ada istilah 'Demam Suzy'. Sehingga apa-apa yang dilakukan selalu dikaitkan dengannya. Singkat kata, Suzy adalah flower girl di sekolahnya.
Jika ada yang ingin mencarinya, cukup saja tanyakan; “Apa kau mengenal blogger terkenal di sekolah ini? Kudengar dia bermarga Kim.” tentunya akan mendapat jawaban yang sama dari setiap siswa/siswi; “Ah, maaf. Yang kutahu blogger terkenal di sekolah ini bernama Bae Suzy. Hanya dia. Itu berarti marganya Bae, bukan Kim,”
Ia sangat suka menulis. Itulah alasan satu-satunya ia menekuni kegiatan bloggingnya dan menjadikan itu sebagai pegangan agar konsisten dengan blognya.
Menurutnya, menulis dapat menjelaskan dan menggambarkan apa yang tidak bisa diutarakan oleh lisan. Perihnya kehilangan, sendunya peratapan, sampai bahagianya memiliki harapan baru, ia menulisnya.
Menulisnya dengan senyuman tipis, wajah datar, bahkan sampai buliran bening menetes dari pelupuk mata indahnya.
Ia pernah mengalami perihnya napas yang ia tarik dan hembuskan karena cinta. Dari cinta tak terbalas, sampai jatuh cinta terbalas namun dikhianati pun pernah.
Masa lalunya cukup brengsek jika diingat-ingat.
Dan... semuanya ia tulis di blognya.
“Apa aku perlu memosting ini? Bagaimana jika seseorang menyadarinya?”
Membuang napas kasar. Ia telah selesai mengedit, tapi ragu untuk memosting short story-nya. Karena menurutnya, ini terlalu kontras. Sebuah short story yang ia buat berdasarkan kisah nyatanya.
Niatnya ia urungkan sejenak. Bagaimana jika orang itu membacanya?
“Ah, masa bodoh!”
Suzy pun memutuskan untuk memosting short story-nya.
Dan parahnya, entah bodoh atau terlalu semangat menulis-mungkin yang tepat adalah opsi pertama, karena ia malah memberikan pesan singkat: based on true story.
***
“Apa kau sudah membaca postingan terbaru Suzy di blognya?” Taecyeon bertanya kepada Wooyoung sambil mengunyah makanannya. Mereka sedang menghabiskan jam makan siang di kantin sekolah.
Taecyeon membawa bekal dengan telur gulung yang mendominasi dibanding nasi merahnya. Oh, dan jangan lupakan jus buah plus sayuran yang ia campur membuat warna akhir hijau pucat.
Berbeda dengan Taecyeon, Wooyoung justru meminum minuman berkarbonasi dan kentang goreng. Ini seperti pertemanan yang memberi contoh hidup sehat dan hidup tidak sehat yang begitu kentara.
Wooyoung menggeleng, “Belum.” jawabnya santai sambil memakan kentang goreng.
“Bacalah. Kali ini tulisannya berbeda sekali. Seakan huruf dari setiap katanya hidup. Komentarnya pun lebih banyak dari biasanya. Dia memostingnya pukul 7 pagi tadi, dan pembacanya sudah 9.700-an lebih. Kurasa hampir seluruh siswa-siswi di sekolah ini membacanya. Dan jangan lupakan sekolah-sekolah lain seantero kota Seoul dan sekitarnya. Popularitasnya sudah sampai ke setiap penjuru Seoul dan luar Seoul, benar? Dan percaya atau tidak, dia bilang ini based on true story-nya. Huh, membuat sekolah ini heboh saja,” Taecyeon berkata sambil menggerak-gerakkan sumpitnya seakan melukis di udara. Ia begitu antusias menceritakan teman sekelasnya yang luar biasa itu.
Wooyoung mengernyitkan dahi, “Memang apa judulnya?” tanyanya. Setelahnya, ia kembali menyesap minumannya dengan santai seakan tak tertarik dengan pembicaraan Taecyeon.
“Secret admirer.”
“UHUKKK!”
Wooyoung terbatuk. Hampir saja ia menyemburkan minumannya. Ia mematung dalam beberapa detik sampai Taecyeon menyadarkannya, “Hei.., hampir saja mulutmu itu menyiram indah alis-alisku. Dan jangan lupakan fakta bahwa kau hampir saja merusak citra wajahku yang tampan ini!”
Tapi Wooyoung masih diam saja. Ia sedang memikirkan sesuatu saat ini. Ia bahkan mengabaikan setiap gerutuan Taecyeon. Membuang muka ke kanan lalu berdeham sebelum berbicara, “Apa di cerita itu pemeran utamanya sedang mencintai seseorang secara diam-diam sejak setahun yang lalu?” tanyanya kemudian.
Taecyeon mengangguk antusias. “Ya. Benar. Seseorang yang pernah dia buatkan bento untuk bekal makan siang. Seseorang yang memiliki hobi yang sama dengannya. Seseorang yang suka sekali menonton film dan membaca novel bergenre misteri. Ia menulis seperti itu. Dan kau tahu apa yang aku pikirkan, Jang Wooyoung? Suzy pernah membuatkan bento untukmu. Dia juga memiliki hobi-”
“Hentikan omong kosongmu!” Wooyoung memotong ucapan Taecyeon, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan temannya itu. Pikirannya sedang kalut saat ini.
Taecyeon melirik Wooyoung yang sudah cukup jauh sambil berdecak. “Tsk! Dasar keras kepala,” gumamnya.
***
Bel pulang sekolah terdengar begitu nyaring di telinga siswa-siswi yang ingin segera mendengarkan hal menarik lain di dunia ini; bukan hanya mendengarkan guru menjelaskan sesuatu secara monoton. Rasanya seperti diberitahu bahwa kau mendapat liburan gratis ke luar negeri. Luar biasa senangnya, bukan?
Hal serupa dirasakan oleh Suzy. Ia senang karena bisa segera pulang dan menulis artikel yang sudah ditunggu-tunggu pembaca setianya. Ia merapikan barang-barangnya lalu ia masukkan ke dalam tasnya.
Hampir semua teman kelasnya menyapa sebelum pulang. Faktanya, Suzy dikenal sebagai orang yang sangat baik, ceria, ramah, dan murah senyum. Sungguh Bae Suzy yang sangat disukai oleh semua orang.
“Hei, Jang Wooyoung!” panggil Suzy cukup keras. Yang dipanggil langsung menoleh ke belakang. Wooyoung sudah di ambang pintu kelas.
“Hn.., ada apa Zero?” sahutnya. Wooyoung memang selalu memanggil Suzy dengan panggilan Zero. Entah apa alasannya. Yang jelas, jangan tanyakan hal itu kepada Wooyoung, karena ia pasti akan menjawab tidak tahu.
Hanya tinggal mereka berdua yang ada di kelas.
Suzy berjalan mendekat, “Aku sudah mendownload episode spesial Sherlock Holmes: The Abominable Bride. Ssstt... aku mendownloadnya secara ilegal, kau tahu? Filenya bahkan terenkripsi! Kabar luar biasanya, kita akan menontonnya bersama!” ucap Suzy antusias.
Wooyoung memijat pelan pelipisnya. Dilihat dari gesturnya, sepertinya sekarang banyak sekali yang sedang ia pikirkan. “Aku harus latihan basket hari ini. Nanti.., aku akan menyalin filmnya saja.” jawab Wooyoung dengan wajah lesunya.
Suzy bergeming, tapi ia usahakan mengatur air mukanya. “Oh, ya sudah kalau begitu. Kau mau bento buatanku lagi? Aku akan membawanya besok jika kau mau,”
Wooyoung hanya menjawab sekenanya, “Tidak perlu repot-repot.” katanya, lalu pergi meninggalkan Suzy sendirian.
Suzy mematung, “Ada apa dengannya?” gumamnya pelan entah kepada siapa.
TBC
Don't forget to give me your honest opinion.
See ya in the next chapter.
Thank you~
With love,
Istifani M
Support Cast : Kim Soo Hyun, Ok Taecyeon
Genre : Angst(?)
Rating : General
Length : Two shots
Summary : “Seseorang yang pernah dia buatkan bento untuk bekal makan siang. Seseorang yang memiliki hobi yang sama dengannya. Seseorang yang suka sekali menonton film dan membaca novel bergenre misteri. Ia menulis seperti itu. Dan kau tahu apa yang aku pikirkan, Jang Wooyoung?”
** Sunday, January 3, 2016 **
Pagi itu, suasana kelas 2-2 di Cheongdam High School sudah cukup ramai. Semilir angin pagi melewati jendela kelas, menelusup perlahan melewati sebagian tengkuk siswa-siswi di sana.
Hari yang cukup cerah, sesuai dengan perasaan salah satu siswi di kelas itu. Dengan perasaan meletup-letupnya, ia yang duduk di kursi kedua barisan pertama, yang dekat dengan jendela kelas, sedikit mencuri pandang ke lapangan yang ada di bawah. Kelasnya yang berada di lantai 3 membuatnya bisa memantau dengan teliti lapangan itu. Beberapa orang masih terlihat baru saja sampai di sekolah. Ada yang berlari, santai, bahkan berjalan namun tergesa-gesa.
Ia memerhatikannya. Dan saat matanya melihat satu objek yang sangat menarik retinanya untuk segera menangkap gambar, ia tersenyum penuh arti.
Seseorang mendatanginya, “Kau membawa novel Sherlock Holmes?”
Suzy menoleh, “Ah, kau. Tentu saja bawa. Kau sendiri yang memintaku membawanya kemarin,”
“Baiklah. Berikan padaku.”
Suzy menaikkan alisnya, “Eh? Kau memintanya dariku? Tidak a-”
“Aku meminjamnya, bodoh!” kata orang itu memotong ucapan Suzy.
Suzy mempoutkan bibirnya. Seseorang mengganggu paginya yang awalnya begitu indah.
Ia mengambil novel di dalam tasnya dengan wajah yang ia jelek-jelekkan. Diberinya novel itu dengan sedikit kasar.
“Jangan sampai rusak!” yang hanya mendapat gumaman dari peminjam -tidak bermodal- tadi.
Setelah temannya -yang tidak bermodal- pergi, Suzy kembali melihat ke arah jendela. Ia sudah tidak tersenyum lagi. Bahkan kini sedang berdecak kesal.
Merasa suasana hatinya memburuk, Suzy mengambil PC dari dalam tasnya. Ia ingat. Semalam ia sudah membuat short story yang akan diterbitkan hari ini. Yang kini hanya perlu diberikan sentuhan akhir; editing.
Bae Suzy adalah seorang blogger. Blogger yang setiap postingannya selalu dilihat ratusan ribu orang hanya dalam sehari. Biasanya ia menulis cerita pendek atau bahkan curahan hatinya di blog pribadinya.
Di sekolah, ia sangat populer karena hal itu. Bahkan dulu sempat ada istilah 'Demam Suzy'. Sehingga apa-apa yang dilakukan selalu dikaitkan dengannya. Singkat kata, Suzy adalah flower girl di sekolahnya.
Jika ada yang ingin mencarinya, cukup saja tanyakan; “Apa kau mengenal blogger terkenal di sekolah ini? Kudengar dia bermarga Kim.” tentunya akan mendapat jawaban yang sama dari setiap siswa/siswi; “Ah, maaf. Yang kutahu blogger terkenal di sekolah ini bernama Bae Suzy. Hanya dia. Itu berarti marganya Bae, bukan Kim,”
Ia sangat suka menulis. Itulah alasan satu-satunya ia menekuni kegiatan bloggingnya dan menjadikan itu sebagai pegangan agar konsisten dengan blognya.
Menurutnya, menulis dapat menjelaskan dan menggambarkan apa yang tidak bisa diutarakan oleh lisan. Perihnya kehilangan, sendunya peratapan, sampai bahagianya memiliki harapan baru, ia menulisnya.
Menulisnya dengan senyuman tipis, wajah datar, bahkan sampai buliran bening menetes dari pelupuk mata indahnya.
Ia pernah mengalami perihnya napas yang ia tarik dan hembuskan karena cinta. Dari cinta tak terbalas, sampai jatuh cinta terbalas namun dikhianati pun pernah.
Masa lalunya cukup brengsek jika diingat-ingat.
Dan... semuanya ia tulis di blognya.
“Apa aku perlu memosting ini? Bagaimana jika seseorang menyadarinya?”
Membuang napas kasar. Ia telah selesai mengedit, tapi ragu untuk memosting short story-nya. Karena menurutnya, ini terlalu kontras. Sebuah short story yang ia buat berdasarkan kisah nyatanya.
Niatnya ia urungkan sejenak. Bagaimana jika orang itu membacanya?
“Ah, masa bodoh!”
Suzy pun memutuskan untuk memosting short story-nya.
Dan parahnya, entah bodoh atau terlalu semangat menulis-mungkin yang tepat adalah opsi pertama, karena ia malah memberikan pesan singkat: based on true story.
***
“Apa kau sudah membaca postingan terbaru Suzy di blognya?” Taecyeon bertanya kepada Wooyoung sambil mengunyah makanannya. Mereka sedang menghabiskan jam makan siang di kantin sekolah.
Taecyeon membawa bekal dengan telur gulung yang mendominasi dibanding nasi merahnya. Oh, dan jangan lupakan jus buah plus sayuran yang ia campur membuat warna akhir hijau pucat.
Berbeda dengan Taecyeon, Wooyoung justru meminum minuman berkarbonasi dan kentang goreng. Ini seperti pertemanan yang memberi contoh hidup sehat dan hidup tidak sehat yang begitu kentara.
Wooyoung menggeleng, “Belum.” jawabnya santai sambil memakan kentang goreng.
“Bacalah. Kali ini tulisannya berbeda sekali. Seakan huruf dari setiap katanya hidup. Komentarnya pun lebih banyak dari biasanya. Dia memostingnya pukul 7 pagi tadi, dan pembacanya sudah 9.700-an lebih. Kurasa hampir seluruh siswa-siswi di sekolah ini membacanya. Dan jangan lupakan sekolah-sekolah lain seantero kota Seoul dan sekitarnya. Popularitasnya sudah sampai ke setiap penjuru Seoul dan luar Seoul, benar? Dan percaya atau tidak, dia bilang ini based on true story-nya. Huh, membuat sekolah ini heboh saja,” Taecyeon berkata sambil menggerak-gerakkan sumpitnya seakan melukis di udara. Ia begitu antusias menceritakan teman sekelasnya yang luar biasa itu.
Wooyoung mengernyitkan dahi, “Memang apa judulnya?” tanyanya. Setelahnya, ia kembali menyesap minumannya dengan santai seakan tak tertarik dengan pembicaraan Taecyeon.
“Secret admirer.”
“UHUKKK!”
Wooyoung terbatuk. Hampir saja ia menyemburkan minumannya. Ia mematung dalam beberapa detik sampai Taecyeon menyadarkannya, “Hei.., hampir saja mulutmu itu menyiram indah alis-alisku. Dan jangan lupakan fakta bahwa kau hampir saja merusak citra wajahku yang tampan ini!”
Tapi Wooyoung masih diam saja. Ia sedang memikirkan sesuatu saat ini. Ia bahkan mengabaikan setiap gerutuan Taecyeon. Membuang muka ke kanan lalu berdeham sebelum berbicara, “Apa di cerita itu pemeran utamanya sedang mencintai seseorang secara diam-diam sejak setahun yang lalu?” tanyanya kemudian.
Taecyeon mengangguk antusias. “Ya. Benar. Seseorang yang pernah dia buatkan bento untuk bekal makan siang. Seseorang yang memiliki hobi yang sama dengannya. Seseorang yang suka sekali menonton film dan membaca novel bergenre misteri. Ia menulis seperti itu. Dan kau tahu apa yang aku pikirkan, Jang Wooyoung? Suzy pernah membuatkan bento untukmu. Dia juga memiliki hobi-”
“Hentikan omong kosongmu!” Wooyoung memotong ucapan Taecyeon, lalu ia pergi begitu saja meninggalkan temannya itu. Pikirannya sedang kalut saat ini.
Taecyeon melirik Wooyoung yang sudah cukup jauh sambil berdecak. “Tsk! Dasar keras kepala,” gumamnya.
***
Bel pulang sekolah terdengar begitu nyaring di telinga siswa-siswi yang ingin segera mendengarkan hal menarik lain di dunia ini; bukan hanya mendengarkan guru menjelaskan sesuatu secara monoton. Rasanya seperti diberitahu bahwa kau mendapat liburan gratis ke luar negeri. Luar biasa senangnya, bukan?
Hal serupa dirasakan oleh Suzy. Ia senang karena bisa segera pulang dan menulis artikel yang sudah ditunggu-tunggu pembaca setianya. Ia merapikan barang-barangnya lalu ia masukkan ke dalam tasnya.
Hampir semua teman kelasnya menyapa sebelum pulang. Faktanya, Suzy dikenal sebagai orang yang sangat baik, ceria, ramah, dan murah senyum. Sungguh Bae Suzy yang sangat disukai oleh semua orang.
“Hei, Jang Wooyoung!” panggil Suzy cukup keras. Yang dipanggil langsung menoleh ke belakang. Wooyoung sudah di ambang pintu kelas.
“Hn.., ada apa Zero?” sahutnya. Wooyoung memang selalu memanggil Suzy dengan panggilan Zero. Entah apa alasannya. Yang jelas, jangan tanyakan hal itu kepada Wooyoung, karena ia pasti akan menjawab tidak tahu.
Hanya tinggal mereka berdua yang ada di kelas.
Suzy berjalan mendekat, “Aku sudah mendownload episode spesial Sherlock Holmes: The Abominable Bride. Ssstt... aku mendownloadnya secara ilegal, kau tahu? Filenya bahkan terenkripsi! Kabar luar biasanya, kita akan menontonnya bersama!” ucap Suzy antusias.
Wooyoung memijat pelan pelipisnya. Dilihat dari gesturnya, sepertinya sekarang banyak sekali yang sedang ia pikirkan. “Aku harus latihan basket hari ini. Nanti.., aku akan menyalin filmnya saja.” jawab Wooyoung dengan wajah lesunya.
Suzy bergeming, tapi ia usahakan mengatur air mukanya. “Oh, ya sudah kalau begitu. Kau mau bento buatanku lagi? Aku akan membawanya besok jika kau mau,”
Wooyoung hanya menjawab sekenanya, “Tidak perlu repot-repot.” katanya, lalu pergi meninggalkan Suzy sendirian.
Suzy mematung, “Ada apa dengannya?” gumamnya pelan entah kepada siapa.
TBC
Don't forget to give me your honest opinion.
See ya in the next chapter.
Thank you~
With love,
Istifani M
Comments
Post a Comment