GARA-GARA FILM HORROR
![]() |
WHAT A COVER?! |
Hai hai hai my good readers. Kembali lagi bersama gue Istifani Mauladiana yang dulunya pernah digosipkan dekat dengan Robert Pattinson lol
Gimana liburan kalian? Menyenangkan? Atau biasa-biasa saja kayak kesan liburan gue? Bagaimanapun itu, semoga kita bisa kembali ke rutinitas sekolah atau kerja dengan damai.
Uh, kangen kalian dan Rest Area ini ㅠ_ㅠ
Oke, kali ini gue akan menceritakan sesuatu yang hari ini teringat secara tiba-tiba, sesuatu yang kayaknya gak akan pernah gue lupakan. Pengalaman yang mungkin nantinya akan gue ceritakan bersama suami gue sebelum tidur; di atas tempat tidur king size kami. Di bawah cahaya lampu kamar yang temaram. Ditambah sinar bulan yang diam-diam menelusup perlahan melalui celah jendela. Dan.., yeaaah.. jangan lupakan suara jangkrik yang bersahutan merdu dengan katak sawah. Aaaaaa~ kok so sweet kalau dibayangin? Aduh meleleh>.< (Readers: Fani banguuuuuun Fani! Selesaikan dulu tulisannyaaaa!) Shit, maaf maaf maaf readersku tercintahhhh. Maaf tadi ngelantur huhuhu~.~
Hari itu gue dan teman-teman; sebut saja mereka Aat, Dinda dan Lulu (Padahal memang itu nama mereka>.<) memutuskan untuk meluangkan waktu bersama. That means, di mana, ke mana, sejauh apa, asalkan berempat.
Banyak spot yang bagus untuk kami kunjungi. Banyak kuliner yang menanti untuk kami cicipi. Banyak cogan yang mengantre untuk ikut kencan buta bersama kami . WHAT?!
Tapi akhirnya kami memilih untuk nonton film saja. Bukan. Bukan nonton ke bioskop, but just enough to nonton di laptop kkkk>.<
Di antara sekian banyak genre, bodohnya kami malah memilih untuk menonton film horror. Dan gue dengan idiotnya malah merekomendasikan untuk nonton di Lab. Kimia, ceritanya sambil uji nyali, gitu. Karena satu set ruangan yang salah satunya adalah Lab. Kimia pasti sepi gak ada orang.
Fyi, Lab. Kimia di sekolah kami itu cukup terkenal horrornya. Anjir, padahal kami penakut semua. Dan yang paling penakut itu gue. Sebenernya Aat, sih. Tapi Aat itu kalau nonton film horror selalu gak merhatiin filmnya. Dia malah mengalihkan pandangan ke arah lain. Kiri. Kanan. Atas. Bawah. Heol, sebenernya lu lagi nonton film atau lagi senam, sih?
Kalau gue tetap nonton filmnya sampai selesai dong. Tapi masalahnya adalah, pemainnya nengok gue teriak. Pemainnya jongkok gue teriak. Pemainnya berak gue teriak. Pemainnya menyusui kudanil juga gue teriak. Padahal hantunya belum ada huhuhu anggap saja gue panuan. EH, WHAT?! Sorry, anggap saja gue parnoan>.<
Film pilihan kami adalah The Nun, ah, lebih tepatnya pilihan Dinda. Karena dia yang ngebet banget pengin nonton film ini.
Film The Nun adalah film Spanyol yang rilis pada tanggal 12 Mei 2005. Mungkin banyak yang gak tahu film seperti apa ini, downloadnya saja lumayan susah. Ditambah subtitle Indonesianya gak ada di mana pun. Konon katanya, Indo-Subnya sengaja dihapus di semua situs. Gue gak tahu, sih, apa alasannya, tapi setelah nonton, di film itu banyak sekali kata umpatan/makian yang kasar. Sebentar-sebentar fu*k. Ini itu fu*k. Oh fu*k mungkin itu alasannya.
Film The Nun menceritakan tentang hantu suster (biarawati) yang balas dendam kepada murid-muridnya dulu yang terlibat dengan kematiannya. Karena jasadnya dibuang ke danau, kedatangan The Nun selalu identik dengan air. Di mana ada air, di situ ada bebek berenang(?)
Satu persatu muridnya yang terlibat berakhir mati dengan tragis. You know what? Filmnya serem, ditambah gak ada subtitle Indonesianya. Luar biasa tambah serem>.<
Blah blah blah. Karena ini pengalaman kedua nonton di Lab. Kimia, gue hanya perlu melakukan hal seperti pengalaman sebelumnya setelah selesai nonton; mengencangkan sepatu-mengambil posisi start jongkok-lari ngibrit ninggalin yang lain. Secemen itulah gue.
As your expectation, setelah selesai nonton, gue melakukan hal-hal tadi. Lari ngibrit adalah tujuan utama. Gue gak ingat ada di posisi ke berapa larinya, yang jelas gue hanya lari dan lari seakan dikejar hantu. Kami merasa seperti ada di terowongan karena jarak Lab. Kimia dan pintu keluar lumayan jauh, ditambah gelap karena sudah sore. Kami harus melewati Lab. Fisika, Ruang Otomotif dan Lab. Biologi terlebih dahulu. Suasananya sepi, sumber bunyi hanya dari suara sepatu kami yang berlari dan teriakan kami. Jangan lupakan sumpah serapah yang diucapkan Aat, "Tuhkan, si Froggy kebiasaan. Gue mah benci." blah blah blah.
Saat gue udah di depan pintu dan mencoba untuk membukanya... siaaaaal! Pintunya dikunci! Saat itu yang keluar dari mulut gue hanya, "Taik. Kita kekunci!"
Panik. Tegang. Keringet dingin. Takut. Pikiran negatif mulai bermunculan; "Ya ampun gue harus nginep di sini malem ini." dan "Yaa Allah tolong jangan mati di sini." dan "Sial. Kalau guru tahu satu sekolah heboh, nih." atau yang lebih spesifik, "Anjirrr besok masuk ruang BP." dan pastinya "Astaghfirullah jangan-jangan ada The Nun."
Honestly, waktu gue lari, gue memang merasa seakan dikejar-kejar hantu The Nun. Suasanya cocok banget untuk syuting sequel film tadi.
Saat itu, gue, Aat dan Lulu masih bergerak ke sana ke mari gak jelas tujuannya. Tiba-tiba Dinda ada ide, tanpa babibu dia meninggalkan kami, kami pun menyusul. Masih sambil lari-lari dan teriak-teriak, kami masuk ke Lab. Biologi yang sedang disulap menjadi kelas untuk sementara. Jendela. Yap. Sumpah itu jendela lumayan tinggi, kurang lebih 2,5 Meter. Karena gak mungkin bisa naik, akhirnya kami mendorong meja ke arah jendela (masih sambil teriak dan lari). Kami semua sudah berada di atas meja. Saling berebut siapa yang turun lebih dulu. Aat angkat bicara, "Lulu dulu yang paling kecil." Oke, gue setuju. Tapi kalian tahu? Malah Aat yang turun duluan. Kampret gak, sih? Hhh. Setelah Aat, Lulu menyusul. Gue dan Dinda ya begonya setuju-setuju aja gitu.
Karena gak mau bego lagi, akhirnya gue yang selanjutnya turun, saat gue udah duduk di jendela, ANJIRRR KOK SAKIT? Huhu tajem ternyata alas jendelanya atau apalah itu namanya.
Aat, Lulu, dan Dinda (yang masih di dalam) teriak-teriak panik, "Woi! Froggy cepet turun! Cepet turun!" (Setiap obrolan kami saat itu selalu teriak) tapi gue gak turun-turun. Anjirr.. gue takut salah terjun, men. Di bawah banyak kayu-kayu dan paku. "Gila. Gue turun ke mana?!"
Aat sewot, "Ya ke sini. Ini nih, ini." Katanya sambil menunjuk kursi tua yang udah gak terpakai. Posisi Lulu ada di kanan gue sambil memegang jendela, sorot matanya seperti memberi semangat kepada kami semua.
Dinda yang ketakutan di dalam mulai melihat ke sekitar. Karena posisi kami sedang di Lab. Biologi, Dinda (hell, yeah.. tentu saja!) melihat kerangka tubuh manusia alias tengkorak. Dia semakin takut dan teriak ketakutan menyuruh gue untuk cepat. Karena Dinda udah takut banget, akhirnya dia duduk di jendela yang juga gue dudukin. Posisi kami persis kayak The Virgin di video klip Cinta Terlarang. Jangan lupakan fakta bahwa Dinda dudukin baju gue>.< gue tetap gak turun-turun, mungkin Aat kesalnya udah di luar batas, akhirnya dia menarik kaki gue. Gue marah-marah, "Aduh. Sakit. Sakit. Jendelanya tajem." Tapi Aat tetap menarik kaki gue sambil terus teriak tentang "Turun".
Gue teriak, "Aaaa~ jangan narik kaki gue. Jangan. Baju gue didudukin Dinda nanti sobek. Aduh sakit. Jangan ditariiiiik.."
Karena gak tahan, gue akhirnya menarik paksa baju gue dan turun dari jendela. Bodo amat dah terjunnya mau kayak gimana. Tapi alhamdulillah, landingnya tepat.
Selanjutnya tinggal Dinda, dia tanpa pikir panjang langsung terjun gak peduli apa yang ada di bawah. Kami semua lari mencari tempat yang mudah-mudahan masih ada orang. Kami berhenti di depan Ruang BP, ternyata di Ruang Elektro masih ada para pemburu Wi-Fi. Alhamdulillah.. kami semua tertawa dengan napas yang terengah-engah.
Lulu bilang, "Gue pikir tadi si Froggy bakal mati." Sekampret apa pun perkataannya, gue juga sempat berpikir hal yang sama sebelum terjun dari jendela. Yang namanya lagi panik, segala pikiran negatif pasti akan muncul. Saat itu tiba-tiba muncul kilasan seperti potongan film di pikiran gue, bahwa kami sedang dikejar-kejar hantu The Nun. Aat dan Lulu berhasil lolos terjun dari jendela, tapi gue yang selanjutnya terjun dari jendela malah landing di tempat yang salah. Gue pun jatuh tepat di atas kayu tajam yang menusuk perut, lalu mati berdarah-darah. Sedangkan Dinda yang di dalam sana belum sempat melarikan diri, akhirnya mati karena dicekik hantu The Nun. Setidaknya mati gue lebih terhormat.
Gue memang seimajinatif itu.
Kami masih bersyukur karena tempat kami terkunci ada di lantai satu. Kebayang kalau di lantai dua? Benar-benar harus menginap satu malam. Ogaaaah> .<
Kami cerita apa yang kami rasakan masing-masing tadi; masih di depan Ruang BP. Kami tertawa. Mengumpat. Menyesal. Bersyukur. Campur aduk pokoknya heboh. Ini jelas bukan quality time namanya zzzz
Sampai sekarang gue kalau ingat kejadian itu pasti ketawa.
Masih jelas kenangan saat kami lari ngibrit dan berebut untuk turun dari jendela, persetan dengan yang lain.
Sekarang gue sadar, saat itu adalah momen di mana kami semua egois lol
Istilahnya, "yang penting gue dulu yang selamat!"
But overall, kalau ada yang tanya momen terindah gue selama di SMA, gue akan dengan lantang menjawab dan menceritakan momen ini. Molla, kalian selalu luar biasa bagi gue. Saat momen menyebalkan pun, gue tetap sayang kalian hhh~
Terima kasih untuk waktu yang kita habiskan berempat selama ini♡
Terima kasih juga untuk kalian yang masih setia membaca tulisan absurd gue ini. Kalian gak kalah luar biasanya~
Salam Ceria,
Istifani M.
Comments
Post a Comment