My Introverted Boyfriend
Cast: Kim Hanbin (B.I iKon), Park Seulmi (OC)
Story begin..
"Hanbin-ah.. cepat kemari! Lihat! Lihatlah! Cosplayer-cosplayer itu mirip sekali dengan aslinya. Waaah.." ucapku setengah berteriak karena terlalu bersemangat sambil menunjuk beberapa cosplayer di pameran ini dengan asal. Hanbin lumayan jauh di belakangku. Ah, dia sangat lelet seperti siput, padahal aku sudah tak sabar ingin melihat yang lain. Uh, apakah dia kekurangan asupan gizi karena tinggal jauh dari orangtua?
"Tsk! Aku tidak suka tempat ramai seperti ini." keluhnya. Aku hanya mengabaikan dia dan terus berjalan sambil memotret beberapa gambar dengan 'bayi' kami yang menggantung di leherku. Aku menganggap kameraku seperti itu.
"Tsk! Aku tidak suka tempat ramai seperti ini." keluhnya. Aku hanya mengabaikan dia dan terus berjalan sambil memotret beberapa gambar dengan 'bayi' kami yang menggantung di leherku. Aku menganggap kameraku seperti itu.
Sekarang aku dan pacarku Kim Hanbin sedang berada di festival musim salju. Akhir Desemberku akan kuhabiskan di Jepang. Aku senang sekali, jarang-jarang dia mau kuajak liburan. Ini hasil jerih payahku merengek padanya selama sebulan penuh. Dan jangan lupakan ancaman andalanku; "Kalau kau tidak mau ikut ke Jepang, akan kubakar semua buku detektif milikmu agar kau lupa semua kasus yang pernah diselesaikan Sherlock Holmes dan Dr. Watson!"
Oke, dia kalah telak jika ancamanku menyangkut Mr. Holmesnya.
Aku berhenti berjalan. Kutengok dia di belakangku, dia memakai coat berwarna hitam dengan syal cokelat di lehernya. Aku sendiri memakai coat berwarna merah muda dan syal dengan warna senada.
Aku perhatikan wajahnya, sial.. pacarku tampan sekali. Aku sangat suka jika melihatnya sedang menoleh ke arah samping, dia terlihat seperti model. Hidung mancungnya membuat lekukan di wajahnya tampak sempurna. Aku jadi penasaran, apa menurutnya aku ini cantik? Membayangkannya memujiku membuatku merasakan debaran halus. Dia selalu seperti itu, membuatku selalu jatuh akan pesonanya.
Pacarku adalah seorang introvert. Orang yang tidak mengenalnya pasti akan menganggap dia orang yang sombong, padahal kenyataannya dia pria yang hangat. Hanya saja jarang bicara. Bahkan terkadang dia hanya mengangguk atau menggeleng untuk menjawab pertanyaanku. Menyebalkan. Tapi.., ingatlah, jangan sekali-kali meremehkan pesona seorang introvert seperti dia. Karena kalau sudah bicara, siapkan hatimu untuk dua kemungkinan; terluka karena perkataannya yang seperti mencongkel bagian hati terdalam atau bahagia karena perkataannya yang juga seperti mencongkel bagian hati terdalam.
Aku tersenyum ke arahnya, dia membalas dengan senyuman tipis. "Sebentar lagi pertunjukan kembang api. Ayo keluar." kataku. Dia hanya mengangguk dan berjalan ke arahku, tapi tiba-tiba saja ada perempuan Jepang berlari ke arahnya membuatnya berhenti, perempuan itu lalu memegang tangan kanan Hanbin dengan kedua tangannya. "Annyeong haseyo. Oppa, can I take a picture with you? You are so handsome."
Sial.
Aku langsung berlari ke arah Hanbinku lalu melepaskan tautan tangan mereka. Aku berdiri di tengah keduanya dan tersenyum, "With us?" tanyaku sambil menunjuk Hanbin dan diriku sendiri. Perempuan itu tersenyum canggung. Mukanya terlihat sedikit kesal. Siapa suruh menggoda pacarku, huh?
Jika dilihat dari penampilannya, sepertinya dia hanya bocah SMA yang sedang demam oppa-oppa Korea. Hei, tapi pacarku bukan seorang idol! Kami hanya mahasiswa tingkat akhir biasa yang sedang liburan!
Tapi kalau boleh kuakui, dia memang tinggi dan kontur wajahnya sangat imut. Tapi lebih cantik aku!
Dengan terpaksa, kami pun mengambil gambar bertiga. Setelah selesai, dia langsung membungkuk berterima kasih. "Thank you Oppa. Have a great holiday." lalu pergi sambil berlari tanpa menatapku sama sekali. Hanbin hanya tersenyum. Tersenyum? Cih! Apa-apaan itu? Dan.. apakah aku hanya pengharum ruangan di sini?
"Senang karena populer?" sindirku. Dia hanya tersenyum mengejek. "Senang karena aku tampan." jawabnya dengan nada super menyebalkan. Tapi dia benar, dia memang tampan. Aku harus hati-hati selama di Jepang ini.
Baru terhitung lima langkah kami untuk keluar ruangan, tiba-tiba saja perempuan tadi kembali lagi sambil berlari. Lalu dia berhenti tepat di hadapan kami. Dia mengatur napasnya yang tidak teratur.
"@#/*@(!)!*#&!×(#&÷!@#(!,!(¡@#@#/@!#&*?:!#@"
Dia memekik menggunakan bahasa Jepang. Aku tidak mengerti dia bicara apa. Tapi teriakannya sukses membuat semua mata tertuju pada kami. Sang pembuat onar malah langsung pergi berlari-lari kecil seperti tidak habis melakukan dosa.
Aku menoleh ke arah Hanbin, "Dia bicara apa, sih?" aku bertanya sambil bersungut-sungut. Hanbin hanya mengedikkan bahunya tidak peduli. "Sudahlah. Ayo keluar saja." ajaknya. Tapi tatapan semua orang membuatku risih. Suasana pun menjadi hening. Ada sebagian dari mereka yang tertawa, ada pula yang berbisik.
Seorang perempuan yang berusia sekitar 30 tahunan menghampiri kami.
"Dia bilang kau adalah perebut pacarnya. Dia membencimu dan dia bingung kenapa pacarnya lebih memilih wanita pendek dan lebih jelek darinya. Ah, aku bukan menghina. Hanya menerjemahkan perkataannya karena sepertinya kalian tidak mengerti. Aku orang Korea." katanya menjelaskan dan aku hanya melongo tidak percaya.
***
Setengah jam setelah itu, mereka memutuskan untuk langsung pulang ke resort yang sudah mereka sewa. Sebuah resort yang berada di hutan, tapi tidak masuk terlalu dalam. Resort pilihan Hanbin ini jauh dari keramaian kota dan bergaya tradisional. Dia memilih tempat ini karena pemandangannya yang sangat indah dan menenangkan. Tempat yang cocok untuk healing dari kesibukan perkuliahan anak tingkat akhir.
Karena tidak jauh dari tempat festival tadi, mereka cukup berjalan kaki saja ke resort.
Dengan salju tipis yang menutupi jalan kecil itu, Hanbin berjalan di depan mendahului pacarnya, padahal mereka bisa berjalan beriringan. Hanbin memang tidak romantis.
"Yakin tidak mau melihat pertunjukan kembang api dulu?" Hanbin membuka suara. Sejak kejadian tadi, pacarnya lebih banyak diam dan menunduk. Dia pasti sedang merasa kesal sekarang. "Seulmi-ya..." panggil Hanbin dengan lembut.
Seulmi mengangkat kepalanya, hal yang menjadi kesukaannya adalah dipanggil Hanbin dengan cara seperti itu. "Coba panggil aku dengan cara seperti itu sekali lagi." pintanya pada Hanbin. Yang dipinta hanya mengernyitkan dahinya. Seulmi mendengus kesal lalu jalan mendahuluinya.
"Jangan ajak aku liburan ke Jepang lagi. Aku sudah lost respect terhadap orang-orang di sini. Perempuan itu menyebalkan sekali, dia bilang aku pendek? Memangnya dia setinggi apa? Oke jika dia mau tinggi, kudoakan tingginya akan setinggi pohon cemara! Aku merebut pacarnya? Cih! Bahkan aku pacar pertama pacarku!" ucap Seulmi menggebu. Hanbin hanya tertawa di belakangnya.
"Tapi-"
"Dia pikir dia cantik? Apa dia kenal Min Hyorin? Banyak orang yang bilang bahwa aku ini mirip dengan Min Hyorin!"
"Hanya bibirnya." koreksi Hanbin.
"Lagipula aku tidak pendek! Tinggiku 160 cm! Apa itu pendek Kim Hanbin?"
"Mmm.. kurasa dia jauh lebih tinggi darimu." koreksinya lagi.
"Aku yakin dia masih SMA. Aku bingung dengan anak SMA sekarang, mereka sekolah tapi tidak belajar etika. Apa gunanya setiap pagi berangkat ke sekolah kalau begitu?"
"Untuk mengisi absen, mungkin?"
"POKOKNYA AKU TIDAK MAU KE JEPANG LAGI!"
"Tenanglah. Tapi Seulmi.."
"Ada apa?" tanya Seulmi masih dengan nada yang ketus.
Hanbin berjalan mendahului Seulmi, lalu dia berdiri menghadap ke arahnya. Dia tersenyum sungging, "Aku ingin mengoreksi sekali lagi, yang mengajak liburan ke Jepang itu bukan aku.. tapi KAU. Ah, lebih tepatnya mengancam bukan mengajak." telunjuknya dia tempelkan di hidung Seulmi tepat ketika dia berkata 'kau'. Seulmi hanya mempoutkan bibirnya.
"Harusnya kita ke Thailand saja. Huh.." Seulmi mengeluh lagi. Hanbin mengusap pelan rambut Seulmi sambil tersenyum tipis dan langsung membuatnya diam membeku. Jarang sekali dia diperlakukan seperti ini oleh Hanbin. Hal-hal sederhana yang Hanbin lakukan padanya selalu membuat dia lupa bernapas. Rasanya seperti melayang-layang di udara. Bahagia. Sangat bahagia.
"Ke manapun tak apa, asal bersamamu." Hanbin menggodanya. Dan dunianya seperti baru saja terkena badai yang membuat lututnya lemas. Payah sekali. Seulmi menepis tangan Hanbin di kepalanya. "Berhenti menggodaku!" dan dia pun pergi meninggalkan Hanbin.
Tapi Hanbin tetap mengekorinya. Dia merasa lucu sekali jika menggoda Seulmi seperti itu. Membuat pipinya memerah. Semakin cantik.
Dan setelah sepuluh menit mereka hanya berjalan dalam diam, Hanbin mengeluarkan sesuatu dari saku coatnya dengan sangat hati-hati, seakan itu adalah barang yang sangat berharga untuknya.
Dia berniat memberikan barang itu untuk Seulmi malam ini.
Tidak ada hari spesial. Hanya ingin saja. Sesederhana itu pemikiran Hanbin.
"Seulmi-ya.." panggilnya dengan lembut.
"Hm?" Seulmi menyahut namun tidak menoleh. Dia terus berjalan di depannya dengan tangan yang terus dimasukkan ke saku coatnya. Sangat dingin.
"Kau aneh jika tidak cerewet." keluh Hanbin. Dia benar-benar tidak nyaman jika Seulmi sudah seperti ini. Biasanya jika sudah marah, butuh pagi di esok hari yang akan membuatnya berubah menjadi seperti biasanya.
"Dan kau aneh jika banyak bicara." Seulmi menimpali.
"Sebenarnya aku lebih suka diam, tapi jika melihat kau diam saja aku jadi tidak nyaman. Jangan dengarkan perempuan tadi, aku tidak tertarik padanya walaupun sejujurnya dia lebih imut darimu."
"Tuh, kan..." Seulmi semakin kesal. Dia mempercepat jalannya, tidak peduli pacarnya jauh tertinggal atau tidak. Tapi sepertinya Hanbin tetap mengekorinya di belakang. "Aku hanya bercanda. Menolehlah ke belakang." katanya membuat Seulmi berhenti melangkah.
Diam selama beberapa detik, Seulmi akhirnya menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya dia ketika melihat Hanbin menjuntaikan kalung berwarna perak dari tangan kanannya. Kalung yang sederhana tapi terlihat sangat elegan dengan bandulnya yang berbentuk bulan sabit. Seulmi menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia jelas terkejut. Hanbin bukanlah tipe pria yang senang memberi kejutan pada pacarnya. Selama setahun lebih mereka berpacaran, Hanbin belum pernah membelikan Seumi sesuatu yang berupa barang jika Seulmi sendiri tidak memaksanya. Barang seperti barang couple atau yang sejenisnya sangat kekanakan baginya.
"Wah.. indah. Sangat indah sekali. Aku menyukainya. Tidak, aku sangat menyukainya." hanya itu yang bisa dia ungkapkan. Tapi kemudian dia mengernyitkan dahinya. "Ini.. dalam rangka apa?"
"Tidak ada." jawabnya singkat. Hanbin memberikan kalung itu ke genggaman tangan Seulmi.
Seulmi tersenyum, "Hanbinku bisa romantis juga, ya.." pipinya memerah. Dia merasa ini adalah malam terbaiknya selama dia hidup. Jangan salahkan orang yang sedang jatuh cinta, kadang mereka melupakan momen berharga lain dalam hidupnya. "Pakaikan dong.." kata Seulmi dengan suara yang diimut-imutkan.
Hanbin berdecak, "Pakai sendiri."
Seulmi mengangkat kalungnya ke atas. Senyumnya tak pernah lepas dari bibirnya. Dia membuat kalung berbentuk bulan itu seakan sedang menghiasi langit malam. Langit dan bulan. Sangat indah. Desember yang indah.
"Hanbin-ah, aku.. mencintaimu."
"Aku tahu."
"Tsk!"
Lalu mereka sama-sama tersenyum manis. Dan seperti sudah direncanakan, pertunjukan kembang api pun dimulai. Keduanya mendongak menatap langit, sangat terlihat jelas dari sana. Semakin indah saja.
Suara letupan kembang api pun seperti seirama dengan suara letupan kebahagiaan di hati Park Seulmi karena Kim Hanbin malam ini.
Terlepas dari Kim Hanbin orang yang seperti apa, dia tidak merasa mencintai orang yang salah.
The End
-Inspired by: My Introverted Boss-
Comments
Post a Comment