Curhat Titipan: Terlanjur Antre

TERLANJUR ANTRE
Sebuah Cerita Horror yang Terinspirasi dari Kisah (lumayan) Nyata






Tidak seperti biasanya aku bangun sepagi ini. Padahal seingatku tak ada janji dengan orang penting mana pun hari ini.
Ahhh… sedikit kurenggangkan badan yang serasa remuk, rokok sisa semalam lebih kupilih ketimbang harus berjalan ke kamar mandi hanya untuk sekadar menyegarkan muka yang lusuh ini. Wtf! Dasar pemantik sialan! Terpaksa aku berjalan ke kamar sebelah untuk menyalakan aktivitas pertamaku, dengan sambil membawa secangkir kopi, aku duduk di teras sebuah kontrakan seluas  6 x 9 meter. Cukup sempit, sih, tapi percayalah, kami biasa tidur sampai 8 orang setiap habis bermain futsal.




Namaku *beep*, aku memang lebih memilih hidup sebagai anak kost dari semester pertama. Padahal jarak rumahku hanya beberapa kilometer saja dari kampus, entahlah.. mungkin supaya bisa merasakan kehidupan mahasiswa seperti pada umumnya.




Cuaca pagi ini cukup cerah. Burung-burung bernyanyi saling bersahutan, angin bertiup sepoi-sepoi membuat dahan pepohonan menarikan tarian alamnya, dan jangan lupakan.. suara bising ibu-ibu yang sedang berbelanja sayuran. Aku tidak pandai menggambarkan suasana, tapi cuaca pagi ini memang cukup cerah. Sluurppp... ditambah secangkir kopi, ini pagi yang sempurna.




“Berita sampah!” semua headline news hari ini. Papa minta ditengok, barbar nyerang YLBHI Jakarta, rupiah naik sedikit anjloknya banyak banget, utang negara semakin menumpuk. Negara ini dalam bahaya! Menurut survey yang kutahu, jika utang negara ini dibagi rata, setiap warga negara mempunyai kewajiban membayar 10 juta. 10 juta! Bahkan bayi yang masih dalam kandungan, bahkan para siluman asalkan dia berwujud manusia, sluurpp.. dan bahkan aku yang masih menunggak biaya kuliah. Tapi setidaknya kita semua tahu dalang dari semua masalah ini, semoga hartanya cukup untuk menyogok pegawai Tuhan di alam sana.




“Naaahhh.. mending baca ini, rumor transfer!” aku berharap The Little Grieezy akan merapat ke Old Trafford, kalau bisa CR7 juga pulang kampung, walaupun secara usia dia sudah tidak akan sesubur dulu, tapi dia masih punya janji yang harus ditepati.




Berharap Ronaldo kembali ke MU membuatku ingat tentang sebuah penantian seseseseorang (maaf jadi mendadak gagap). Iya, tapi ini serius, aku sedang dalam masa penantian, atau mungkin aku lebih suka menyebutnya masuk dalam sebuah antrean, karena seperti yang kubilang dulu “banyak orang bego yang menginginkannya juga”.





Dia adalah seorang perempuan (masa, sih? -_-)




Seorang perempuan yang secara tidak sengaja kukenal lewat dunia maya setengah tahun lalu, mungkin ini agak aneh, tapi aku langsung suka padanya saat pertama kali menonton video yang dia upload. “Dora kok bloon banget?!” - sh*t! Itu kata-kata dia yang masih kuingat sampai sekarang. Yang pada akhirnya secara naluriah alamiah eah eah aku mulai meng-kepo-i dirinya; mulai dari akun-akun sosmednya, blog pribadi miliknya, kehidupan keluarganya, kisah cintanya, dan semua yang ada hubungannya dengan dia. Agak ekstrem memang, tapi.., ya begitulah :((




Setelah memberanikan diri, aku mencoba untuk mengajaknya berbincang-bincang (oke, kita sebut saja chatting, karena sampai sini kita hanya bertemu di medsos, belum pernah bertemu secara langsung). Dari yang pada awalnya hanya sekadar berkenalan, sampai yang pada akhirnya masih hanya sakedar berkenalan. Akhirnya, kami sepakat untuk bertukar nomor telepon agar komunikasi bisa lebih intens (itu pun setelah kupaksa).
Eh, fyi, ada regulasi baru dari Menkominfo kepada semua pengguna simcard all operator untuk melakukan registrasi ulang dengan mencantumkan NIK dari KTP dan KK (padahal pengurusan dokumentasi kita masih acak-acakan) paling lambat tanggal 31 Oktober 2017. Caranya dengan mengirimkan SMS ke nomer 4444 dengan format NIK#NomorKK#. Silakan diproses kalau kalian masih sayang dengan nomornya masing-masing, khawatir ancaman blokir  dari Bapak Rudiantara itu benar adanya. Kita anggap dan dukung ini sebagai langkah maju untuk Indonesia ke depannya, salut buat Bapak Menteri prokprok #pencitraan




Kembali ke ceritaku tentang sosok perempuan yang aku idam-idamkan tadi. Setelah bertukar nomor, kami jadi lebih sering berkomunikasi lewat WhatsApp dari yang awalnya hanya sekadar berkenalan, sampai yang pada akhirnya masih hanya sekadar berkenalan (eh, ini udah, ya?) pembahasan kami melulu soal sepakbola. MU, Real Madrid, Dortmund, PERSIKAPAS Pasir Walet, itu adalah beberapa klub bola yang sering jadi objek bahasan kami. Entah cita-cita dia ini jadi hakim garis atau apa, tapi memang jarang ada perempuan yang gila bola. Catet! dia bukan cuma suka, tapi gila!




Kami sempat beberapa kali lost contact karena aku melanggar aturan sakral yang dia buat, padahal hanya dia sendiri yang tahu tentang aturan itu. Tapi karena memang aku kekeuh, alhamdulillah sampai detik ini hubungan kami masih baik-baik saja, yang aku rasain, sih, gitu, walaupun masih hanya sebatas hablumminannas.
Pada bulan April yang lalu kami memutuskan untuk bertemu, tanggal tepatnya aku lupa, yang jelas bertepatan dengan hari ulang tahun kakaknya yang di Blitar, mungkin sekitar minggu terakhir di bulan April, dan itu adalah pertemuan pertama kami, semoga bukan yang terakhir juga. Kondisiku saat itu sangat jauh dari kesan keren untuk sebuah pertemuan pertama, gak mandi karena takut dia keburu pulang, pake baju seadanya di kapstok, bawa motor yang klaksonnya gak bunyi, ditambah lagi “Sh*t hujan...”.
Sepanjang jalan aku berharap semoga dia gak kabur pas ketemu nanti.




And then, kami bertemu di depan tempat makan (sensor), tapi baru saja aku tiba, dia buru-buru mengajakku pergi dari sana. Entah mungkin karena kebelet sesuatu, atau.. (setelah aku lihat banyak anak sekolah di sana) oke, mungkin dia malu. Mungkin dia malu. Mungkin dia malu. So, kami memilih untuk duduk di sebuah warung, yaa just a warung. Dan tebak apa yang terjadi? Itu adalah sebuah pertemuan singkat yang gak akan aku lupakan sampai kapan pun kecuali nanti amit-amit kejedot tembok China terus amnesia.
Di warung itu... kami nunduk saling lempar senyum, nunduk senyum lagi, nunduk senyum lagi, sampai pada akhirnya ada angkot lewat dan dia naik untuk pulang. Tadaa.. it's a very very sweet moment, kan? Kalian tahu berapa lama waktu satu babak tambahan sebuah pertandingan sepakbola? Yes, bener banget 15 menit, dan pertemuan kita bahkan lebih singkat daripada itu. Untuk menggambarkan saja, itu seperti lama waktu Steven Gerrard bermain saat dia menerima kartu merah di Derby the Red tahun 2015 lalu di Anfield Stadium. Pfffftt..




Sluurpp... kopiku tinggal setengah, cukup lama juga aku tadi melamun.




Intinya sekarang, yang aku tahu dia tidak punya pacar! Tapi yang aku tahu juga, dia punya sosok laki-laki yang dia impikan, bukan aku. Oke, bukan aku. Artinya kami sama-sama sedang menunggu, tinggal lihat saja siapa yang lebih kuat dan sabar sampai waktu itu tiba. Dan yang aku tahu juga, kami terlanjur antre pada sebuah rencana Tuhan dengan cara yang berbeda.







Udah, ya..







*pegel juga sepanjang cerita ngomong AKU -_-*





See ya di curhat titipan yang lain~





:))

Comments

Popular posts from this blog

Quotes Terbaik di Film You Are the Apple of My Eye

FF SEULMI + HANBIN | SECRET ADMIRER 1 (1 OF 2)

PUISI RADITYA DIKA: Kepada Orang yang Baru Patah Hati